Kunjungi Bangunan Bersejarah di Medan

blogger templates


1. Gedung London Sumatra (Lonsum)


 Gedung London Sumatra di Kota Medan, Sumatra Utara adalah salah satu peninggalan zaman kolonial yang hingga kini masih berdiri. Saat didirikan, gedung ini merupakan kantor dari perusahaan perkebunan milik Harrisons & Crossfield Plc, perusahaan perkebunan dan perdagangan yang berbasis di London. Oleh Harrisons & Crossfield gedung ini disebut dengan gedung Juliana. Gedung ini di bangun pada 1906 dengan arsitekstur bergaya transisi. Gaya tersebut terlihat dari bentuk gevel atau fasad depan yang menjadi ciri rumah-rumah yang menghadap sungai di Eropa pada transisi akhir abad 19.

Setelah Indonesia merdeka kepemilikan Harrisons & Crossfield Plc akhirnya dinasionalisasi dan berubah menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia (Lonsum). Perubahan kepemilikan tersebut tidak berpengaruh pada perubahan fisik maupun fungsi dari Gedung London Medan. Hingga kini, Gedung London Medan masih digunakan sebagai pusat dari Lonsum. Oleh karena itu Badan Warisan Sumatra (BWS) menggolongkan Gedung London Medan tersebut sebagai benda cagar budaya.
Letak Gedung London Medan yang berada di kawasan pusat kota, memudahkan akses bagi wisatawan yang ingin menelusuri berbagai wisata di pusat kota. Di sekitar Gedung London Medan juga terdapat beberapa bangunan tua peninggalan Belanda dengan gaya arsitekstur transisi, seperti Kantor Pos Medan, Gedung Jakarta Lloyd yang pada saat didirikan adalah kantor perusahaan pelayaran The Netherlands Shipping Company, dua buah bank swasta yang dulu merupakan gedung dari  The Netherlands Trading Campany atau Nederlandsche Handel Maatschappij dan sempat menjadi Kantor Rotterdam`s Lloyd. Selain itu ada pula gedung Bank Indoensia yang dulu merupakan kantor Javasche Bank. Di samping itu di kawasan Gedung London Medan ini juga terdapat sebuah hotel peninggalan zaman kolonial.

2. Kantor Pos 



 Kantor Pos & Giro ini letaknya di Jalan Balai Kota Medan tepatnya menghadap ke Lapangan Merdeka Medan (dulunya disebut esplanade) yang merupakan bangunan sejarah peninggalan zaman kolonial Belanda. Lokasi ini juga disebut sebagai "Titik Nol" Kota Medan. Yang artinya dari sinilah diukur jarak kilometer Pusat kota Medan ke seluruh lokasi Kota Medan dan Kota lain disekitarnya. Bangunan ini dibangun pada tahun 1909-1911 oleh seorang arsitek bernama Snuyf yang dulu merupakan Direktur Jawatan Pekerjaan Umum Belanda untuk Indonesia pada masa Pemerintahan Belanda. Bangunan ini memiliki nilai sejarah, nilai estetis, nilai sosial, nilai fungsional, dan juga nilai struktural yang tinggi. Itu sebabnya bangunan ini termasuk bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Kota Medan dalam bentuk PERDA.

3. Mesjid Raya Al-Mashun





Mesjid Al -Mashun Medan yang terletak di jantung kota tepatnya di Jalan Sisingamangaraja, meski usianya hampir 100 tahun atau seabad, namun bangunan dan berbagai ornamennya masih tetap utuh dan kokoh. Peninggalan kerajaan Islam Melayu Deli hingga kini masih menjadi kebanggaan umat Islam Medan dan Sumut, bahkan menjadi salah satu keunikan sejarah Islam masyarakat Melayu di Sumatera maupun di Malaysia.
Masjid yang menjadi identitas Kota Medan ini, memang bukan sekedar bangunan antik bersejarah biasa, tetapi juga menyimpan keunikan tersendiri mulai dari gaya arsitektur, bentuk bangunan, kubah, menara, pilar utama hingga ornamen-ornamen kaligrafi yang menghiasi tiap bagian bangunan tua ini. Masjid ini dirancang dengan perpaduan gaya arsitektur Timur Tengah, India dan Eropa abad 18.
Merupakan salah satu peninggalan Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alam - penguasa ke 9 Kerajaan Melayu Deli yang berkuasa 1873 - 1924 . Masjid Raya Al- Mashun sendiri dibangun tahun 1906 diatas lahan seluas 18.000 meter persegi, dapat menampung sekitar 1.500 jamaah dan digunakan pertama kali pada hari Jum’at 25 Sya’ban 1329 H ( 10 September 1909).
Masjid Raya Al-Mashun Medan, banyak dikagumi karena bentuknya yang unik tidak seperti bangunan masjid biasa yang umumnya berbentuk segi empat. Masjid ini, dirancang berbentuk bundar segi delapan dengan 4 serambi utama - di depan, belakang, dan samping kiri kanan, yang sekaligus menjadi pintu utama masuk ke masjid.
Selain itu, mimbar, keempat pintu utama dan 8 buah jendela serambi terbuat dari ukiran kayu jenis merbau bergaya seni tinggi - terbukti hingga kini masih tetap utuh. Belum lagi dengan ukiran dan hiasan ornamen khas Melayu Deli pada setiap sudut bangunan, yang serta merta melahirkan nilai-nilai sakral religius yang teramat dalam bagi tiap orang yang memasukinya.

4. Tjong A Fie Mansion




Tjong A Fie merupakan sejarah yang tak bisa dipisahkan dari Kota Medan. Tokoh multikulturisme yang banyak berjasa membangun Medan. Tjong A Fie dilahirkan di Provinsi Guandong, Kabupaten Maizen, di Desa Sukaou, Tiongkok, pada 1860 lalu. Dia datang ke Medan dari Meixian, Guandong, pada 1875. Rumah Tjong A Fie merupakan gedung bergaya Tiongkok kuno yang dibangun pada tahun 1900, lokasinya terletak dijalan Ahmad Yani (Kesawan). Dia adalah jutawan pertama di Sumatera yang namanya sangat terkenal sampai sekarang walaupun ia sudah wafat pada tahun 1921. Kesuksesannya berkat usaha dan hubungan baiknya dengan Sultan Deli dan para pembesar perkebunan tembakau Belanda. Hingga saat ini rumah tersebut masih ditempati keluarga Tjong A Fie.

Di tanah Deli, Tjong A Fie menjalin hubungan baik dengan Sultan Deli, Makmoen Al Rasjid Perkasa Alamsyah dan Tuanku Raja Muda sehingga membuka jalan baginya untuk menjalankan usaha. Sultan memberinya konsesi penyediaan atap daun nipah untuk keperluan perkebunan tembakau untuk pembuatan bangsal.
Tjong A Fie dikenal menjadi orang Tionghoa pertama yang memiliki perkebunan yang sangat luas. Ia mengembangkan usaha perkebunan tembakau di Deli, teh di daerah Bandar Baru, dan Si Bulan, serta perkebunan kelapa di Sumatera Barat, ia menanamkan modalnya di bidang pertambangan di Sawah LuntoBukit Tinggi.Perkebunan yang dimilikinya mempekerjakan lebih dari 10.000 orang tenaga kerja dan luas kebunnya mengalahkan luas perkebunan milik Deli Matschapaij yang dirintis oleh Jacobus Nienhuys. Bahkan, ketika itu pemerintah Belanda memberikan 17 kebun kepadanya untuk dikelola.

5. Istana Maimun



 Istana Maimun berada di Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara. Istana ini dibangun pada tahun 1888 oleh Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang memerintah dari tahun 1873-1924. Dahulu, Istana Maimun tidak hanya menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Deli, namun juga sebagai pusat adat dan budaya Melayu, tempat bermusyawarah antar masyarakat dan pusat dakwah Islam.
Istana Maimun berarsitektur Melayu, dan bercorak Eropa. Ia menjadi simbol kemajuan dan kemakmuran ekonomi, dan pluralisme budaya pada masa pemerintahan Kesultanan Deli. Istana Maimun bukanlah satu-satunya istana di lingkungan Kesultanan Deli, namun keberadaan istana-istana yang lain sudah tidak terlihat lagi. Di halaman Istana Maimun terdapat Meriam Puntung yang merupakan bagian dari Legenda Istana Maimun.

6. Bank Indonesia




 Bank Indonesia Medan ini merupakan bangun peninggalan pemerintahan Belanda yang kalah ketika peperangan. Dalam sejarahnya bangunan itu didirikan pada tahun 1906 yang mana pembangunannya ditangani oleh perusahaan arsitek asal Belanda tapi berkantor di Jakarta (saat itu namanya masih Batavia). Arsitek yang merancang bangunan unik ini adalah Hulswit, Fermost dan Cuypers. Pembangunannya selesai dalam waktu satu tahun. Tepat di tahun 1907 bangunan yang digunakan sebagai pusat perbankan Belanda dengan nama De Javasche Bank Medan ini resmi dioperasikan yang mana pada awal berdirinya dipimpin oleh L. Vonhemert. Semenjak berdirinya sampai kekalahan Belanda, bangunan itu berfungsi sebagai pusat Bank Belanda.
Nama Bank Indonesia Medan diresmikan ketika kemerdekaan Indonesia sudah diraih dengan susah payah. Tepat 6 tahun setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tahun 1951, seluruh bangunan peninggalan Belanda di nasionalisasikan oleh bapak presiden Republik Indonesia yang pertama Soekarno. Seluruh aset peninggalan Belanda diambil alih dan dijadikan milik negara. Termasuk dengan bangunan gedung Bank Belanda yang ada di seluruh tanah air, salah satunya bangunan bank Belanda di Medan ini. Maka tak heran jika cabang Bank Indonesia di berbagai wilayah Indonesia memiliki bangunan yang cukup unik. Ternyata bangunan itu merupakan peninggalan pemerintah Belanda dan masih kokoh sampai sekarang.
Bank Indonesia Medan yang beralamatkan di Jl. Balai Kota No. 04, Medan ini sampai sekarang masih kokoh berdiri dan terawat dengan baik. Perbaikan besar pernah terjadi pada tahun 2000 di mana pada saat itu kubah yang pada tahun 1956 dihilangkan kembali dipasang. Sayangnya jam besar asli Belanda yang ada di dalamnya hilang entah ke mana. Jam besar itu kini diubah menjadi logo Bank Indonesia yang lumayan besar.

7. Vihara Gunung Timur





Vihara Gunung Timur adalah kelenteng Tionghoa (Taoisme) yang terbesar dan tertua di Kota Medan, Indonesia dan mungkin juga di pulau Sumatra. Kelenteng ini dibangun pada tahun 1930-an. Vihara Gunung Timur ini terletak di Jalan Hang Tuah, sekitar 500 meter dari Kuil Sri Mariamman dan berada di sisi Sungai Babura Medan. Umumnya umat Budha bersembahyang ke vihara ini setiap hari. Vihara ini juga untuk acara ritual lainnya dalam Agama Budha seperti memperingati hari Ulang Tahun SIDHARTA GAUTAMA, Perayaan Imlek dan sebagainya.

8. Menara Tirtanadi




 Menara Air Tirtanadi merupakan salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara. Menara air ini dulunya milik pemerintahan kolonial Belanda yang bernama NV. Water Leiding Maatschappij Ajer Beresih yang berdiri pada tahun 1905. Menara Air ini selesai dibangun pada tahun 1908 dan sekarang sudah menjadi milik PDAM Tirtanadi. Fungsinya untuk mensuplai kebutuhan air bersih para penduduk yang sampai sekarang masih tetap digunakan. Selain itu, Menara Air ini dulunya berfungsi juga sebagai Landmark kota Medan.
Satu lagi ciri khas kota Medan adalah bangunan menara air yang kini menjadi milik Perusahaan Air Minum Daerah Tirtanadi. Ketika anda akan memasuki kota ini dari arah selatan melalui jalan Sisingamangaraja, anda akan disambut dengan pemandangan puncak menara Tirtanadi sebagai tangki penyimpanan air bersih kebutuhan warga kota sejak jaman Kolonial Belanda sampai sekarang.

9. Kuil Shri Mariamman




 Kuil Shri Mariamman adalah kuil Hindu tertua di Kota MedanIndonesia. Kuil ini dibangun pada tahun 1884 (ada pula yang menyebut 1881)untuk memuja dewi Kali. Kuil ini terletak di kawasan yang dikenal sebagai Kampung Keling. Kuil yang menstanakan lima dewa, masing-masing Dewa SiwaWisnuGanesha, Dewi Durga (Kali), dan Dewi Aman itu dikelola salah seorang keluarga pemilik perusahaan besar Texmaco, Lila Marimutu. Pintu gerbangnya dihiasi sebuah gopuram, yaitu menara bertingkat yang biasanya dapat ditemukan di pintu gerbang kuil-kuil Hindu dari India Selatan atau semacam gapura.

10. Gereja Katedral (Santa Maria)




Pada awal berdirinya tahun 1879, Gereja Katedral Medan adalah sebuah gubuk beratap daun rumbia dan ijuk tempat beribadat puluhan umat Katolik (yang mayoritas suku India-Tamil dan Belanda) di Jl Pemuda No 1 (dulu disebut dan dikenal sebagai Jl Istana). Melihat perkembangan jumlah umat yang pada tahun 1884 sudah berjumlah 193 orang, maka sejak tahun itu sudah dipikirkan bagaimana memperbaiki dan memperbesar gubuk beratap daun rumbia dan ijuk tersebut. Barulah pada tahun 1905, ketika umat Katolik sudah berjumlah 1200 orang, pembangunan Gereja yang sekarang ini mulai dilaksanakan. Pembangunan gereja pada tahun 1905 tersebut diprakarsai dan dilaksanakan oleh para Pastor Ordo Jesuit yang bekerja di Medan. Gereja Katedral ini pada waktu itu dibangun dengan dinding batu, beratap seng dan sebagian masih beratap daun rumbia dan ijuk serta diresmikan pada bulan Nopember tahun itu juga.
Mulai 30 Januari 1928, Gereja diperluas dengan menambah bagian panti imam, ruang pengakuan dosa serta dengan pelataran depan dan menara. Perluasan dan pembangunan permanent pada tahun 1928 tersebut dirancang oleh arsitek Belanda yang bernama Mr. Han Groenewegen dan dilaksanakan oleh Mr. Langereis. Hasil dari rancangan arsitek dan pelaksanakan tersebut yang dapat dilihat saat ini, yang menjadikan Gereja Katedral di Jl Pemuda No 1 Medan (dikenal dengan sebutan Gereja Katedral) sebagai salah satu bangunan tua bersejarah dan bernilai arsitek yang tinggi di kota Medan ini. Sebutan lengkap dan resmi untuk Gereja Katedral ini adalah Gereja Katolik Santa Maria Tak Bernoda Asal – Katedral Medan.


0 Response to "Kunjungi Bangunan Bersejarah di Medan"

Post a Comment